Review Antologi Rasa oleh Ika Natassa // Book Review

Halo semua! Ini adalah post pertama gue tentang review buku berbahasa Indonesia. Lagi mencoba mengutarakan penilaian pribadi gue tentang buku hehe, but don't expect me reviewing buku pelajaran;). Antologi Rasa adalah salah satu dari sekian novel luar biasa hasil tulis mba Ika Natassa. Gue udah baca empat novel dari mba Ika Natassa, termasuk Antologi Rasa. None of them gagal bikin gue betah duduk berjam-jam demi tau akhir dari novelnya.


Begini wujud novelnya


Harga dari novel ini Rp. 79.000 dan bisa dibeli di Gramedia.

Yak, langsung aja ke hasil review gue:

1. COVER
Cover alias sampul-sampul dari semua novel Ika Natassa, menurut gue, selalu senada. Simple dan ada khas dari judul dari novelnya. Novel Antologi Rasa yang gue punya ini adalah hasil cetakan keduapuluh satu! Jadi, novel ini di cetakan pertama sampulnya beda. Gue dulu sempat liat sih Antologi Rasa versi sebelumnya. Sampulnya memang lebih sederhana yang dulu dibandingkan yang gue punya. Menurut gue, sesudah gue baca novelnya, sampulnya memang pas banget dengan inti dari novelnya. Noh tulisan-tulisan yang ada di ilustrasi jantung itu, perasaan-perasaan yang dirasain oleh tokoh-tokohnya.

Di bagian belakang bukunya, karena cetakan yang kesikan dan sekian kalik ya, jadinya ada komentar mba Dewi Lestari tentang novelnya yang menurut gue menambah value dari novel ini sendiri, sehingga memancing tangan orang-orang, termasuk gue, untuk bawa ini novel ke kasir. Gambaran dari novel ini, seperti novel-novel pada umumnya, ada di sampul belakang. Tapi, Ika Natassa nggak memberikan kesimpulan ini novelnya ceritanya gimana, tapi mencamtumkan isi pikiran dari tiga tokoh utamanya yang secara implisit ya ngasi tau kalau novel ini tentang cinta segitiga gitu.





2. CONTENT
Oke wow, gue bingung mau mulai darimana. Dari inti permasalahan, menurut gue, menarik untuk tokoh-tokoh yang udah nggak remaja lagi (udah berumur, udah pada kerja) untuk punya kisah cinta segitiga yang ribet. Novel ini jadi nggak lebay karena menggunakan tokoh-tokoh yang udah dewasa, gue jadi nggak geli bacanya dengan permasalahan yang sebenarnya klasik :v. Bahasa yang digunakan juga enak, novel ini menggunakan bahasa sehari-hari "Elo, gue", cocok buat yang pengen baca, tapi sebagai bacaan yang santai dan nggak berat. Seperti novel-novel Ika Natassa lainnya, novel ini menggunakan bahasa Inggris yang lumayan banyak porsinya, tapi tetap bahasa Indonesia sebagai bahasa utamanya. 

Alur dari jalan cerita ini maju-mundur (benar nggak sih namanya gitu?), intinya ada bagian flashback-nya. Tapi, mba Ika Natassa memang jago banget membuat ceritanya ngalir kayak air, walaupun masuk ke bagian flashback dan balik lagi ke masa kini, cerita yang pengen disampaikan tetap make sense, natural, dan jadi jelas rangkaian ceritanya. 

Yang gue suka dari novel ini, tiap chapter-nya hampir selalu diawali dengan hal-hal yang menggambarkan bahwa penulisnya punya pengetahuan yang cukup luas. Ada yang dimulai dengan ceritain ke pembaca tentang suatu teknologi canggih dan baru masuk ke permasalahan si tokoh. DAN yang paling paliiing gue suka adalah; novel ini berbicara melalui sudut pandang dari ketiga tokoh utamanya (Keara, Harris, Ruly) yang bikin ini novel makin hidup. Gue jadi merasa lagi dicurhatin sama mereka bertiga :V. Dengan menggunakan tiga sudut pandang yang berbeda, tentu harus ada perbedaan dari ketiga tokoh di bagiannya masing-masing yang menggambarkan karakternya mereka dan Ika Natassa did it so well. Mulai dari bahasa yang dipakai sampai selera  musik mereka, benar-benar berhasil digambarkan mba Ika Natassa dari masing-masing tokohnya.

Isi pikiran dari masing-masing tokoh juga menggambarkan si mba Ika Natassa ini tau berbagai hal, seperti David Froster, Annie Leibovitz, Richard Avedon yang gue dengar pun nggak pernah. Jadi, cukup banyak hal-hal yang bisa bikin tokoh-tokohnya lebih hidup lagi dengan pengetahuan si penulis. 

Oh iya, kehidupan para tokoh juga tentang bank, yap, seperti novel-novel mba Ika Natassa lainnya.

Walaupun ini novel inti masalahnya nyesek banget, tapi ini novel mampu bikin gue ketawa ngakak sendiri. Jujur, gue nggak ada mewek-meweknya baca ini novel :'v tapi gue tetap sedih juga bacanya dan ikut sakit hati juga :v. Dan novel ini juga pantas ditempelin peringatan "17+" karena ya mengandung unsur-unsur yang bocah di bawah 17 tahun belom boleh tau, tapi justru unsur-unsur itu lah yang bikin Antologi Rasa semakin menarik. Eh jangan salah ya, "unsur-unsur begitu" di novel ini nggak mesum-mesum kampungan, "unsur-unsur begitu"-nya disampaikannya natural aja, nggak lebay dan menjijikkan, jadi gue enak-enak aja bacanya. Ya secara tokoh aja udah lumayan berumur, menurut gue cocok dan natural aja untuk masukkin "unsur-unsur begitu" di novel ini "Unsur-unsur begitunya" juga ada beberapa yang bikin gue ngakak;).

3. FINAL RATING

Antologi Rasa berhasil bikin gue nggak mau tidur sebelum selesai baca, bikin gue ketawa ngakak sampai bapak gue kesel + takut liatnya, bikin gue ikutan kesel sama tingkah tokohnya, bikin pengetahuan bahasa Inggris gue meningkat, dan bikin gue pengen sesegera mungkin nonton filmnya. Oh ya, fyi, Antalogi Rasa will come (very) soon! Jadi, gue kasih 10/10 deh :'v ya gue memang nggak jago-jago amat memberi penilaian dengan angka, tapi buat gue, sampai suatu bacaan berhasil bikin gue at least nggak bisa tidur, then it's best enough to get a 10.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Itu dia review kecil gue mengenai novel Antologi Rasa oleh Ika Natassa, salah satu penulis favourite gue <3. Semoga filmnya sesuai dengan imajinasi gue, can't wait

Thank you for reading;)
bhy, hlavya. 

Comments