Film Freaky Friday: Sebuah Keluarga Sempurna (?) | Secangkir Persepsi

Sadar nggak, semakin tua, semakin memiliki idealisme akan berbagai hal. Semakin tua, semakin menyadari banyak sekali hal-hal yang masih kurang di hidup ini; banyak hal yang ternyata nggak sesuai sama idealisme atau standar kesempurnaan yang dibangun sejak kecil. (Atau cuman aku aja?)


Keluarga sempurna

Kegelisahanku selama ini soal keluarga, mungkin, salah satunya berasal dari standarku perihal keluarga sempurna. Memangnya, keluarga sempurna itu yang kayak gimana? Semua orang boleh punya pandangannya masing-masing perihal keluarga. Di tulisan ini, aku ingin cerita tentang hubungan keluarga dalam film Freaky Friday yang (kayaknya sih) bakal ngasih suatu pandangan tentang keluarga yang sempurna. 


 https://www.imdb.com/title/tt0322330/?ref_=tt_mv_close 


Freaky Friday

Film ini menceritakan keluarga kecil yang terdiri dari Ibu (Tess), anak perempuan (Anna), dan anak laki-laki (Harry). 

Anna dan Tess punya konflik yang terwujud pada banyak perdebatan, saling menyalahkan, serta hukuman yang sering diberikan Tess kepada Anna. Konflik dalam keluarga kecil ini sering terjadi, dan semakin membesar ketika Tess berencana nikah sama tunangannya (Ryan)

Di tengah pertikaian, Anna dan Tess mengalami kejadian yang aneh. Jiwa dan pikiran mereka seolah tertukar (iya, ini film emang ada bagian nggak masuk akal). Tess berada dalam tubuh Anna dan Anna berada dalam tubuh Tess. Semenjak kejadian ini, mereka menjalani kehidupan sesuai tubuh yang dimiliki. 

Akhirnya, Anna dan Tess kembali pada tubuh mereka masing-masing. Ending yang klise lah ya. Tapi, hal yang menjadi menarik di film ini adalah proses Anna dan Tess yang membuat mereka bisa kembali ke tubuhnya masing-masing. Jawabannya ada di lembar fortune cookie yang mereka makan. Fortune cookie yang juga menyebabkan tubuh mereka tertukar. 


A journey soon begins. Its prize reflected in another’s eyes. 

When what you see is what you lack, then selfless love will change you back


Ini keluarga ada konfliknya, sempurna apanya?

Iya, keluarga ini bukan keluarga yang sempurna. Keluarga kecil ini memang dipenuhi konflik, namun konflik yang ada ternyata merupakan ‘selimut’ yang menutupi hal yang tidak mereka lihat. Tess kerap melihat Anna sebagai anak yang bermasalah, baik di rumah maupun di sekolah. Anna kerap melihat Tess tidak memahami dirinya dan merupakan ibu yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Setelah mereka berada di tubuh yang berbeda, apa yang selama ini tidak terlihat mampu mereka lihat dan rasakan; Anna dan Tess mampu memahami kondisi satu sama lain. 

Film ini, menurutku, menyampaikan satu pesan tentang keluarga yang melebihi standar keluarga yang sempurna.  

Konflik 

Hal yang nggak akan pernah bisa kita hindari. Entah itu sama orang lain atau diri sendiri, apalagi di dalam keluarga. Dan hal ini berarti konflik adalah hal yang sangat wajar terjadi. 

Rasanya emang nggak menyenangkan kalau lagi ada konflik. Kalau di film Freaky Friday, terlihat gimana Anna dan Tess ribut nggak karuan kalau lagi berantem. Dan terlihat juga gimana konflik yang mereka miliki sama selama ini justru membuat mereka lebih memahami satu sama lain pada akhirnya. Ternyata, gimana Anna dan Tess mengatasi konflik bisa dijelaskan berdasarkan gagasan yang dikatakan sama pak Tjosvold (2006). 

Jadi, pak Tjosvold (2006) menyatakan ada pandangan tradisional dan pandangan kooperatif terhadap konflik. Menurutnya juga, pandangan yang kita pegang akan berpengaruh pada cara kita dalam merespon ‘konflik’ itu sendiri. 

  1. Pandangan tradisional

Tjosvold bilang kalau orang-orang (termasuk aku) kerap yakin kalau konflik itu adalah hal yang negatif. Bagiku, dan orang lainnya dengan pandangan yang tradisional ini, konflik dianggap sebagai sesuatu yang terjadi karena adanya hal yang negatif dan merupakan pertentangan. Nah, Tjosvold bilang kalau kita pegang keyakinan itu, keyakinan tersebut justru memperkuat asumsi kita bahwa konflik merupakan kompetisi; ada yang kalah dan menang. Kalau cara pandangnya udah kayak begitu, respon pun akan mengarah untuk mendapatkan kemenangan dari konflik yang terjadi. 

  1. Pandangan kooperatif 

Yap, berbeda dengan sebelumnya, pandangan yang kooperatif ditandai dengan pandangan bahwa konflik merupakan hal yang perlu diselesaikan bersama, bukan merupakan kompetisi. Pandangan ini dapat membantu kita melatih manajemen konflik yang efektif. 

Menurutku, apa yang dikatakan Tjosvold bisa tergambarkan dalam film Freaky Friday; bagaimana Anna dan Tess seperti berkompetisi untuk memenangkan konflik. Namun, seperti yang aku ceritakan di awal, mereka bisa menemukan penyelesaiannya dengan cara mereka masing-masing; mereka dapat memandang bahwa konflik yang ada bukan lah kompetisi. 

Empati 

Sepertinya kita bisa sepakat kalau pertukaran ‘jiwa’ Anna dengan Tess adalah puncak atau topik inti dari film Freaky Friday. Terlepas dari gagasan kalau jiwa yang tertukar itu hal yang nggak nyata, ada satu hal yang sangat nyata; empati. 

Secara sedernaha berdasarkan pemahamanku, empati itu adalah kemampuan kita untuk memahami kondisi orang lain, baik secara emosional dan kognitif. Sederhananya, empati berdasarkan pemahamanku adalah kemampuan kita untuk relate dengan orang lain. Anna dan Tess yang awalnya selalu berdebat tentang kondisi mereka masing-masing dan memprotes satu sama lain, akhirnya dapat benar-benar merasakan posisi masing-masing. Ketika mereka berada pada posisi satu sama lain, mereka dapat melihat apa yang selama ini nggak terlihat. The power of empathy indeed. Menurutku, empati yang tumbuh dalam diri Anna dan Tess mengarahkan mereka mengatasi konflik dengan efektif karena mereka nggak lagi berkompetisi satu sama lain.

(lebih dari) Kesempurnaan 

Bagiku secara pribadi, pandangan Tjosvold dan film Freaky Friday ini sebenarnya menekankan cara pandang terhadap konflik yang ada dan pentingnya empati.

Konflik nggak bisa mendefinisikan kesempurnaan suatu keluarga. Melihat, memahami, dan merespon konflik dengan cara yang adaptif adalah hal yang lebih penting daripada definisi sempurna itu sendiri. Empati juga akan membantu agar diri mampu bertumbuh dari konflik yang ada. 



Sekian secangkir persepsi singkat dariku, btw, Freaky Friday sendiri merupakan salah satu film favoritku dari kecil! Karena ya terharu dan jalan ceritanya memang bagus :). 


There ain’t no good guys There ain’t no bad guys, There’s only you and me, And we just disagree. -Dave Mason 


Sumber yang aku baca:

Tjosvold, D. (2006). Defining conflict and making choices about its management: Lighting the dark side of organizational life. International Journal of Conflict Management.

---

Tulisan ini sebenarnya didasari oleh salah satu tugas kuliahku di universitas lain, bukan Universitas Udayana (aku ikut program Merdeka Belajar). Aku sendiri kesulitan dengan tugasnya, yaitu menemukan satu contoh keluarga yang ideal. Dan keluarga yang menurutku mewakili pandanganku adalah Freaky Friday ini wkwkwk.


Comments

  1. Love freaky friday! Thanks udah recommend untuk nonton ini dulu krn memang sebagus itu dan sepakat bgt bahwa when conflict resolutions work effectively, there's empathy in it; usaha untuk saling memahami drpd membuktikan siapa yg benar/salah. Mantep ras

    ReplyDelete
    Replies
    1. love film2 lama wkwkkw thankyouu ndi udah baca

      Delete

Post a Comment