20, Kali Pertama

Selamat ulang tahun buat diriku sendiri, yang ke-20, parah. 


Selamat atas hujan yang lalu-lalang selama ini semenjak awal 2020, selamat atas perjuangan yang sudah kamu niatkan, dan selamat bertumbuh dalam hidup yang tampak asing saat ini. 


Awal tahun sudah diawali dengan konflik-konflik. Luar biasa deras hujan yang aku terima selama ini, lho. Sudah lama sekali cuaca yang aku rasakan adalah mendung, suram, dan sendu. Tapi, di saat yang bersamaan, aku juga mulai bertumbuh dan berjuang di bawah hujan deras itu. Ada hal-hal yang sebelumnya nggak aku duga akan menjadi bagian dalam hidupku :). Sebenarnya, ucapan ini sudah pernah aku tulis di buku memory-ku, tapi tentu saja aku mau tulis di sini juga. 

 

Di ucapan ini, aku mau cerita tentang berbagai ‘kali pertama’ yang aku alami selama aku berusia 19 tahun yang menurutku berkesan:

- Kali pertama mengalami overthinking

Seumur-umur, ya seingatku sih, aku nggak pernah merasa terbebani sama isi palaku sendiri. Ternyata semenjak ada suatu masalah, pikiranku benar-benar menggila dan aku sendiri nggak menyadarinya. Aku baru menyadarinya ketika aku tuangkan semuanya dalam tulisan di suatu dokumen untuk diriku sendiri. Benar-benar baru sadar pas di proses menulisnya, parah. Andai aku nggak pernah ngide untuk membuang isi palaku dalam tulisan, mungkin sekarang aku sudah punya kecenderungan mengalami suatu masalah secara psikologis. Ya karena, setelah aku baca dan refleksi ke dalam diri hasil tulisanku, aku melakukan banyak sekali distorsi pikiran yang bikin aku ruwet sama diriku sendiri. Mungkin, tampilan sehari-hariku tampak oke oke saja. Aku masih biasa sama teman-teman, pacar, keluarga, tapi kalau sudah sendiri, aku bisa jadi orang yang aku rasa sangat berbeda dibandingkan ketika bersama orang lain. Dan oh, itu toh yang namanya overthinking. Walaupun kadang aku masih mengalaminya saat ini, setidaknya perubahan besarnya adalah aku menyadari isi pikiranku ketika mulai penuh sama asumsi-asumsi irasional dan aku mulai lebih bisa menentukan respon yang perlu aku berikan; ketika palaku mulai berisi segala ketidakjelasan yang sebenarnya nggak ada atau terjadi. Hasilnya tentu jauh lebih melegakan setelah aku menyadari keruwetan kepalaku sendiri. Sebelumnya tu, rasanya berat banget pala ini. Alhamdulila aku diberi insight untuk menuliskan semuanya dan menyadari amburadul amisyunya dengkul palaku ini. 

 

- Kali pertama bertemu monster

Iya, sebelum aku berulang tahun ke-20 ini, untuk pertama kalinya aku ketemu monster yang serem banget; diriku sendiri. Bukan, bukan ketika pas aku bercermin. Tapi ketika aku menulis. Aku benar-benar menjadi monster yang bahkan bikin aku mikir “Ini Laras?” Seseram dan mengerikan itu ternyata diriku sendiri, salah satunya adalah ketika aku mengalami overthinking yang aku ceritain tadi. Selain di pikiran, monster yang aku lihat juga ketika emosiku besar banget. Kayaknya, ruang yang ada juga belum cukup untuk menampung emosi-emosi liarku. Satu-satunya ruang aku punya adalah laptop dan buku kecilku. Aku bisa biarin diriku sendiri jadi monster yang bahkan aku sendiri nggak mau lihat. Tapi, ya monsternya harus diizinkan keluar justru ketika aku sendiri saja. Oh tentu, monsternya sudah pernah keluar ketika aku bersama orang lain. Dan tentu, yang terjadi adalah masalah baru karena ketidakwarasanku sendiri. Aku bersyukur aku akhirnya bisa bertemu dan berpelukan sama monster yang ada di diriku sendiri. Meskipun awalnya sulit banget, sekarang aku mulai membiasakan diri untuk menyambutnya ketika dia memang ingin hadir untuk dipeluk. Hmm... saat nulis ini aku jadi tersadarkan juga kalau monster itu sebenarnya hanya butuh pelukan saja. So, untuk Laras di masa depan, sambut dan peluk dulu ya monsternya.


- Kali pertama merasakan titik 0 

Kondisi ekonomi yang terjun bebas sudah pernah aku ceritain sebelumnya di dokumen pribadiku. Iyap, itu adalah kali pertama aku merasa benar-benar ada di posisi bawah dari perasaaan tidak aman akan masa depan. Masalah kesehatan, konflik dan la la la. Berada di titik 0 ini kerap hadir sebagai tamu dalam sesi overthinking-ku. Rasa cemas pun ikut menyambut di tengah sesi. Wah banyak lah pokoknya. Suatu masalah yang sebelumnya nggak ada memang seberdampak itu buatku karena sebelumnya, aku belum pernah mengalami konflik  yang membuatku nggak nyaman dan aman kayak begini. 


- Kali pertama tersadarkan sama masalah kesehatan

ni juga sudah aku ceritakan sebelumnya di dokumen pribadiku, yaitu tentang aku yang ternyata punya skoliosis. Sumpah selama ini nggak pernah sadar sama kondisi sendiri, apalagi terkait tulang ya. Sesuatu yang nggak pernah aku pikirkan. Aku beruntung banget sama teman kuliahku, dayudian dan sakay, yang mendesak aku banget untuk memeriksa kondisi tulangku :”). Dan ya ternyata benar. Kondisi ini nggak sepele menurutku karena dampaknya baru terasa sekarang. Aku mudah sekali lelah kalau habis duduk. Aku mudah merasa sakit dan nyeri kalau kurang istirahat. Huh sedih sama kondisi sendiri tapi ya akunya juga baru sadar. Setidaknya sudah ada saran dari fisioterapis. Tapi, jujur aku masih belum puas sama sarannya. Aku pengen banget melakukan terapi skoliosis, tapi aku cuman tau adanya di Jakarta. Dan aku belum punya uwang. Jadi untuk sekarang, mimpi utamaku adalah dapat kerja, ngumpulin duwit, dan ikutan terapi skoliosis supaya aku bisa berkegiatan sepuasnya!!! Amin yatuhan. 

 

-  Kali pertama kerja, magang, dan belajar jualan

Ini mah mimpiku banget sebelum mulai kuliah gara-gara baca kisahnya Merry Riana wkaka. Dari dulu, aku punya cita-cita pas kuliah mau sambil kerja paruh waktu buat nabung dan merasakan bagaimana dapat uang dari hasil mengeluarkan energi dan waktu sendiri. Puji Tuhan dapat kesempatan buat jadi pengajar privat anak SD. Walaupun kemampuan mengajar pas-pasan, bahkan nggak ada, bersyukur banget ada wadah buat aku mendapatkan uang dengan legal :”D. Pendapatanku ya tentu sepadan sama kemampuanku yang minim, tapi justru itu poinnya kerja sampingan sebagai mahasiswa hihi. 

 

Nah, selain aku suka dapat uang dari kerja, aku juga pengen dapat pengalaman dan pengetahuan dari mengikuti magang. Sayangnya, masih sulit buatku mendapatkan kesempatan magang karena beberapa tempat yang aku incar mensyarakatkan kandidatnya sudah menempuh semester enam. Ya aku hajar saja sih setiap dapat informasi magang meskipun dari awal sudah ada keterangan minimal semester enam, bandel ya. Entah sudah berapa CV yang aku buat dan berapa lamaran yang aku kirim, aku tetap melakukannya : ). Aku pun terus belajar gimana menyusun CV yang bisa merepresntasikan diriku sesuai dengan posisi yang aku cari dengan mengikuti akun-akun kerja/magang di Instagram. Itu sangat membantu!!! Berdasarkan kemampuan yang bisa aku usahakan untuk aku pelajari dan berdasarkan minatku sendiri, aku selalu menargetkan untuk mendapatkan kesempatan magang di bagian konten. Aku juga beberapa kali melatih diri buat menulis konten sendiri berdasarkan informasi yang aku baca. Alhamdulila puji Tuhan, dari sekian lamaran yang aku kirim, aku diterima dengan hangat di salah satu biro psikologi pada posisi konten. Nggak dibayar mah nggak apa, aku tetap hajar saja waktu wawancara. Iya, aku kepedean banget, tapi memang aku nggak peduli duwit kalau mencari kesempatan magang wkaka. Walaupun bironya juga merupakan biro psikologi yang baru berdiri, aku tetap mengupayakan energi dan waktuku untuk manfaatin kesempatan yang aku nggak tau bisa aku cari di mana lagi :”).


Lalu, aku juga lagi belajar jualan nih. Salah satu kesenangan yang aku miliki semenjak SD adalah jualan. Walaupun sebenarnya aku sekarang malu untuk mulai jualan karena aku sadar diri nggak ada pengetahuan apalagi pengalaman jualan, sekali lagi, aku mau hajar saja. Sebenarnya sih, aku pengen banget membuat usaha kecil terkait kerajinan tangan, tapi aku dituntut sama mama buat jualan... baju :). Ya iya sih aku suka baju dan pakaian dan lainnya, tapi untuk jualan, aku masih suka kesulitan karena kurang berminat (dan pede) untuk memasarkan pakaian-pakaian. Tapi setelah aku coba, iya sulit sih wkwkwk. Benar-benar harus konsisten ngurusin Instagram tokonya supaya dapat pembeli. Ohiya, itu sih mau jualan pakaian atau barang-barang kerajinan tangan, tetap saja syaratnya konsisten menyapa calon pembeli ya :”D. Nah aku baru mendapat insight lagi dari menulis ini wkwkwk. Oke baik, sepertinya aku kembali diingatkan untuk lanjut fokus sama toko virtual mamaku. Oh tentu itu punya mamaku, bukan aku :). Aku hanya buruhnya doang, tapi tetap nyambi belajar jualan. Seru, tapi lumayan lelah karena aku pribadi belum punya pasar yang luas untuk mendapatkan pembeli. Tapi intinya: hajar saja. :D

---

Sebenarnya, masih banyak banget kali pertama yang aku lalui selama menjadi mahasiswa di usia 19 tahun. Tapi, itu poin-poin yang aku pilih untuk aku ingat sebagai bekal buat di masa depan nanti. 

 

Berbagai kali pertama yang aku pegang buat di masa depan, dimulai dari detik selanjutnya. 

 

Sekali lagi, selamat ulang tahun yang ke-20 Laras yang belakangan ini terombang-ambing oleh hujan, badai, dan sendu. 

Hujan deras terus mengguyur di usia 19 tahun, sebelum memasuki usia baru ini. Usia 19 yang membuatku sadar kalau aku perlu dan harus melakukan sesuatu, yang membuatku justru bertumbuh di bawah hujan dan sendu yang terus mengguyurku. 

 

Aku juga mau menuliskan ucapan yang aku tulis di bukuku di sini ya supaya lebih rapi ucapannya. 

 

Being 19 gives me power I never knew does exist, gives me chances I never knew standing here and there, gives me some part of this universe which I touch with some meaning.

I learn more about what lies under my unconsciousness. 

I start to see and listen to the monster living within my head.

Being 19, for me, is just so powerful and scary at the same time. I never knew that my emotional state, after all this time, is like the wave of the sea. Unpredictible, unctrolable. 

Well, being 19 is just new and strange for me! 

Afterall, I’m grateful for this life I’m living in. I know I’m growing and I’ll always will!

Happy birthday, Laras. Thank you for being here, for struggling until this second. Sorry for every thinking and feeling that makes you tired of your own tears and voices. 


Keep going, keep growing <3. 

Comments

  1. proudest friend here, hugging you from afar. Terharu, tertawa, kemudian terharu lagi baca ceritamu :’) Quoting your words: Keep going, keep growing. I’m here to support you. ✨💕

    ReplyDelete

Post a Comment