Belajar tentang Emosi di Begawan Foundation

Tanggal 2-3 Januari 2020, Trilogi (organisasi Tim Relawan Psikologi yang aku ikuti) was having fun dengan anak-anak di Begawan Foundation dan main-main ke konservasi burung jalak bali mereka. Tanggal 2, kegiatannya adalah pengenalan emosi bareng anak-anak tersebut dengan menonton video tentang macam-macam emosi dan berdiskusi kecil tentang emosi-emosi itu sendiri, emosi yang kita obrolin beberapanya adalah senang, semangat, sedih, marah, takut, cemas, bingung, malu, dan terkejoed. Setelah itu, setiap anak dapet kertas bergambar cangkir kosong dan mereka diinstruksikan untuk mewarnai gelas tersebut dengan warna apa pun dan isinya sesuai dengan seberapa emosi yang mereka rasakan saat itu; kalo seneeeng banget diwaranai sampe penuh, kalo biasa aja diwarnai dikit aja, dsb. Selese mewarnai, kita main game tebak-tebakan emosi, ada anak yang memperagakan dan mengekspresikan suatu emosi dan anak lainnya menebak emosi apa itu. Supaya gamenya lebih seru, kita tingkatin level tebak-tebakan dengan nggak hanya memperagakan dan mengekspresikan suatu emosi, tapi juga ditambah ada alur ceritanya.  







Setelah main bareng sama anak-anak, kita juga diajak ke konservasi mereka, yaitu konservasi burung jalak bali! Ini aku kaget banget si diajak keliling tempat konservasi yang adem dan keren banget. Kami dijelasin banyak hal baru tentang burung jalak bali selama keliling di tempat itu dan kami juga diajak nyiapin makanan dan ngasi makan langsung ke kandang-kandang burung jalak balinya. You know what, the birds ARE really beautiful. 




mencari burung jalak bali







Then tanggal 3, kegiatannya masih sama tentang pengelanan emosi, tapi kita fokus tentang rasa takut dan cemas. Kegiatannya dimulai dengan nonton video-video tentang emosi. Setelah nonton video, semua anak menggambar hal apa saja yang mereka takuti; bisa ular, macan, monster, hingga orang tua atau guru mereka. Jujur, I didn't expect kalo mayoritas gambaran mereka adalah hantu karena aku cukup kaget anak-anak SD sudah tau tentang hantu. Setelah menggambar, mereka menceritakan apa yang mereka gambar dan anak-anak yang lain bisa bertanya tentang apa yang diceritakan temannya. Di sesi menceritakan tersebut, kita mengajak anak-anak untuk menggali lebih dalam emosi mereka terhadap apa yang mereka gambar; apakah mereka sebenarnya takut atau cemas? Terutama yang menggambar hantu. Temenku, Dinda, selalu menanyakan apakah mereka udah pernah liat apa yang mereka gambar alias hantu itu. Daaan jawaban mereka adalah; Nggak, tapi mereka tau hantu dari TV dan cerita temen-temen dan keluarga mereka aja. Jadi, sebenernya mereka takut atau cemas ya? Ketika kita memiliki perasaan tidak nyaman terhadap sesuatu yang BELUM ada (alias yang belum kita lihat lah, belum kita temui lah, belum terjadi lah) artinya kita sedang merasakan cemas. Jadi, anak-anak yang menceritakan bahwa mereka TAKUT dengan hantu karena mereka lihat di TV dan dari cerita temen dan keluarga, itu artinya ya mereka CEMAS sama hantu yang yap sebenernya mereka belum pernah ketemu langsung sama hantu alias sama hal yang belum ada. Menariknya, ada juga anak yang cerita dengan yakin bahwa dia sudah pernah melihat hantu. Well, karena itu pengalamannya dia, jadi kita nggak bisa membantah hal itu. Tapi, anak-anak yang lain mau bertanya tentang kepastian cerita temennya tentang hantu itu dengan sangat kritis. 




Despite of their amazing drawings and stories, aku sukaaaa banget ngeliat mereka yang awalnya malu dengan hasil gambar mereka akhirnya bisa memuji gambaran mereka sendiri, oh how I wish I can also berkembang secepat itu :'). 

Wow dari dua hari kegiatan itu, those kids really give me so many lessons, including being creative, percaya diri, memuji diri sendiri, memuji orang lain, mengekspresikan emosi and so on and so on. 

I am beyond grateful for this opportunity, I may didn't do many things there, but I learnt SO MUCH from this activity. 








THANKYOU! <3

Comments