Review Filosofi Teras oleh Henry Menampiring // Review Buku


Buku ini berisi suatu pemikiran dari aliran filsafat yang disebut stoicism yang bisa membantu  kita banget dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita bisa menjaga kesehatan mental kita. Inti dari aliran filsafat tersebut adalah ada hal-hal yang masuk dalam bagian yang bisa kita kontrol dan hal-hal yang nggak bisa kita kontrol. Pemikiran tersebut sangat membantu agar kita jadi lebih sante aja menghadapi hal-hal yang terjadi di kehidupan dengan memahami bahwa...


nggak semua hal itu ada dalam kendali atau kontrol diri kita 


dan, menurutku, kita jadi lebih bisa meminimalisir protes-protes yang sebenernya nggak akan ada yang terjadi dari protes-protes itu. Misalnya aja kalo lagi macet. Pun kalo kita marah-marah dan ngatain orang-orang yang melanggar lalu lintas dan membuat macet, emangnya macetnya bakal kelar? Yang terjadi adalah justru energi kita yang kebuang karena ngata-ngatain orang-orang tersebut, gampangnya kita jadi capek sendiri sama hal yang sebenernya nggak bisa kita kontrol, yaitu perilaku orang-orang yang ngelanggar dan bikin macet itu. Jadi, instead of ngata-ngatain orang itu dalem hati, kalo memang merasa orang itu perlu tau cara mengendarai dengan baik ya nggak ada cara lain selain ngasi tau secara langsung yang yap, 'memberitau orang tersebut' berada dalam kontrol kita (tapiii, respon orang itu tentunya berada di luar kontrol kita, so be ready untuk segala kemungkinan respon yang bakal dikasi orang itu). Nah, kalo  kita merasa belum siap untuk ngelakuin itu dengan segala kemungkinan yang ada, satu-satunya cara dalam menghadapi situasi yang nggak bisa kita  kontrol tersebut adalah dengan memakluminya;). Contoh ini adalah salah satu pembelajaran yang aku dapet dari buku ini dan memang aku alami :v.

Lebih sante dalam menghadapi sesuatu? Pasrah? Nope. Poinnya adalah betapa pentingnya kita fokus aja dulu sama hal memang kita bisa kendalikan, seperti usaha kita sendiri, daripada sama hal yang nggak bisa kita kendalikan, seperti hasil ujian kita, hasil dagangan, dsb. 

Di buku ini, tentu banyak banget contoh di kehidupan sehari-hari, selain macet itu tadi, yang bisa membantu kita untuk lebih mikirin lagi respon apa sih yang sebaiknya kita berikan terhadap sesuatu.

Dari pengalamanku setelah membaca buku ini, sebagai manusia yang udah 19 tahun ada di bumi dengan berbagai kebiasaan yang sudah tersetting di otakku, tentu aja membiasakan diri dengan pemikiran ala stoic butuh latihan dan proses. Aku tentunya nggak langsung jadi 100% super bijak dalam merespon sesuatu setelah membaca buku ini. Kadang-kadang, aku suka marah-marah sendiri sama orang lain yang menggangguku, yang nyebelin buat aku, yang bikin aku bete TANPA aku kasih tau secara langsung ke orang itu bahwa tindakannya menyebalkan bagi aku. Kalo dipikir-pikir, aneh juga kan protes ke orang lain tanpa orang itu tau bahwa tindakannya menyebalkan buat kita? Walopun aku kadang-kadang masih kyk gitu, aku merasakan perubahan yang jauuuh sekali dari sebelum dan setelah aku baca buku ini. Aku pernah si keras sama diri sendiri, mikirin betapa percumanya aku baca buku sebagus ini, tapi tingkah lakunya masih parah kayak begitu hehe. But then I realize, yang harus diinget, menurutku, adalah menikmati proses dari pengembangan diri ini aja:D. Senggaknya,  mulai menyadari apa yang aku lakukan dan apa yang harus aku perbaiki dari diriku.  It takes time~~~

Oh ya, buku ini memang intinya mengenai pemikiran filsafat, tapiii bahasanya enak banget dan susunan kalimat + penggunaan katanya mudah dipahami untuk aku yang kelahiran 2000;).

Ini tampilan bukunya dan cuplikannya


Thankyou Indi dan Maya for the recommendation.

Worth to read.

thankyou for reading



Comments